Siapa yang tidak suka dengan kenyamanan?
Siapa yang tidak suka hidup enak, hidup nyaman, hidup senang?
Hampir semua orang tentu ingin hidup nyaman.
Bahkan tidak sedikit orang yang menjadikan hidup nyaman sebagai tujuan hidup.
Tapi, ketika kenyamanan sudah didapat, apalagi yang dicari?
Ketika kenyamanan itu sudah sampai titik yang membuat diri terlena, lantas mau apalagi?
Ketika kenyamanan itu sudah terlalu nyaman, entah mengapa gue akhirnya menjadi tidak nyaman
Rumit? Ah ya, gue memang seseorangyang rumit.
Atau lebih tepatnya, gue suka merumitkan sesuatu? Ah, entahlah.
Nyaman itu enak.
Enak banget.
Tapi nggak tau kenapa, gue -yang aneh ini- suka merasa aneh jika hidup gue terlalu nyaman.
Mungkin karena dasarnya gue lahir dari keluarga susah kali ya.
Gue terbiasa berjuang ekstra keras buat mendapatkan apa yang gue mau.
Dari kecil, gue terbiasa hidup dalam keterbatasan.
Ketika akhirnya gue masuk ke zona nyaman. Ketika akhirnya gue mendapat kualitas kenyamanan yang lebih baik awalnya gue senang. Gue bahagia. Gue bersyukur. Tapi pada akhirnya gue menemukan titik dimana gue merasa bosan.
Gue memilih untuk pergi.
Pelan-pelan.
Gue ingin meninggalkan zona nyamanitu.
Gue ingin kembali berpetualang.
Gue ingin menantang dunia. Gue inginmenemukan apa yang selama ini belum gue temukan.
Apa gue sudah siap dengan segala konsekuensi-nya? Sejujurnya belum. Tapi yaaaa, nggak ada salahnya untuk kita coba, kan?
Postingan di atas gue ambil dari blognya Haqi Achmad, cowok jangkung yg jago nulis skenario.
Secara pribadi aku setuju dengan cara pandang Haqi. Nyaman itu tidak selalu memuaskan, suatu ketika akan ada rasa bosan yg menyelinap. Pemecahannya, ketika kita sudah sampai pada zona nyaman kita, kita gk harus berontak kok, yg perlu lakukan hanya membuat proyek baru atau tantangan baru dalam hidup kita. Itulah gunanya memperbarui mimpi, agar kita tidak stuck saat kenyamanan sudah menghmpiri kita.
Siapa yang tidak suka hidup enak, hidup nyaman, hidup senang?
Hampir semua orang tentu ingin hidup nyaman.
Bahkan tidak sedikit orang yang menjadikan hidup nyaman sebagai tujuan hidup.
Tapi, ketika kenyamanan sudah didapat, apalagi yang dicari?
Ketika kenyamanan itu sudah sampai titik yang membuat diri terlena, lantas mau apalagi?
Ketika kenyamanan itu sudah terlalu nyaman, entah mengapa gue akhirnya menjadi tidak nyaman
Rumit? Ah ya, gue memang seseorangyang rumit.
Atau lebih tepatnya, gue suka merumitkan sesuatu? Ah, entahlah.
Nyaman itu enak.
Enak banget.
Tapi nggak tau kenapa, gue -yang aneh ini- suka merasa aneh jika hidup gue terlalu nyaman.
Mungkin karena dasarnya gue lahir dari keluarga susah kali ya.
Gue terbiasa berjuang ekstra keras buat mendapatkan apa yang gue mau.
Dari kecil, gue terbiasa hidup dalam keterbatasan.
Ketika akhirnya gue masuk ke zona nyaman. Ketika akhirnya gue mendapat kualitas kenyamanan yang lebih baik awalnya gue senang. Gue bahagia. Gue bersyukur. Tapi pada akhirnya gue menemukan titik dimana gue merasa bosan.
Gue memilih untuk pergi.
Pelan-pelan.
Gue ingin meninggalkan zona nyamanitu.
Gue ingin kembali berpetualang.
Gue ingin menantang dunia. Gue inginmenemukan apa yang selama ini belum gue temukan.
Apa gue sudah siap dengan segala konsekuensi-nya? Sejujurnya belum. Tapi yaaaa, nggak ada salahnya untuk kita coba, kan?
Postingan di atas gue ambil dari blognya Haqi Achmad, cowok jangkung yg jago nulis skenario.
Secara pribadi aku setuju dengan cara pandang Haqi. Nyaman itu tidak selalu memuaskan, suatu ketika akan ada rasa bosan yg menyelinap. Pemecahannya, ketika kita sudah sampai pada zona nyaman kita, kita gk harus berontak kok, yg perlu lakukan hanya membuat proyek baru atau tantangan baru dalam hidup kita. Itulah gunanya memperbarui mimpi, agar kita tidak stuck saat kenyamanan sudah menghmpiri kita.
No comments:
Post a Comment