Titik Nol: Makna Sebuah Perjalanan by Agustinus Wibowo
My rating: 5 of 5 stars
Membaca Titik Nol bagaikan sedang duduk bersama Agustinus Wibowo, dan didongengin tentang perjalanannya, perjuangannya, pengembaraannya sekaligus dicurhatin tentang Ibunda tercintanya yang sedang melawan maut. Ceritanya menghangatkan, memilukan, sekaligus mencengangkan. Tak henti-hentinya aku berdecak kagum dibuatnya oleh ketegaran dan keyakinannya untuk terus berjalan menggapai impiannya ke Afrika Selatan melalui jalan darat.
Titik Nol membuka misteri tentang negara-negara yang sebelumnya hanya pernah aku dengar namanya saja. Dari titik Nol aku belajar tentang geografi dan sejarah negara-negara yang pernah dilaluinya. Sekilas perjalanan Ming mirip dengan perjalanan Andrea Hirata menyususri negara-negara di Eropa dalam Edensor, namun dalam Titik Nol jauh lebih realistis dan mengena karena Titik Nol merupakan memoar kisah perjalanan, bukan sekedar novel yang banyak dibumbui cerita khayal.
Sebagai sesama perantau alias musafir, tulisan Ming dalam Titik Nol mampu mengobrak abrik emosi dan perasaan jiwaku tentang kerinduan dengan orang tua dan kampung halaman, tentang pencapaian, tentang negara dan tentang agama. Aku menitikkan air mata ketika membaca bab pertama dan bab terakhir buku ini. Kepulangannya ke Indonesia demi mamanya dan surat buat mama tercintanya benar-benar sangat mengaduk-aduk emosi. Meski tanpa kalimat ratapan namun cinta kasih Ming terhadap Mamanya sangat kuat dan menggugah emosi bagi siapapun yang membacanya.
Gaya bahasa yang dipakai Ming dalam Titik Nol sangat cerdas dan kritis namun ringan dan mudah untuk diikuti. Meski beberapa alur terkesan agak kurang runut, seperti pada kisah perjalanan yang lainnya, namun ini sama sekali tidak mengurangi kenikmatan dalam membacanya.
Buku ini bagaikan sebuah paket komplit kisah perjalanan. Rasa cinta pada Ibundanya, kekaguman pada Lam Li, perjuangan menghadapi penyakit Hepatistis, pesona eksotis ironis sekaligus memilukan dari penduduk lokal dan negara-negara yang pernah ia singgahi, cipratan motivasi, filosofi dan berbagai macam pemikiran Ming yang cerdas.
Buku yang wajib dimiliki oleh setiap orang yang menyukai kisah petualangan ataupun orang yang ingin menikmati sensasi kisah perjalanan dari negara Tibet, Nepal, India, Pakistan dan Afghanistan. Must recomended book pokoknya. Dan saya memberikan lima dari lima bintang alias nilai sempurna untuk Titik Nol. Selamat Kak Agustinus Wibowo, teruskanlah langkah perjalanmu, kembalilah melangkah dan membagikan cerita untuk kita semua.
View all my reviews
My rating: 5 of 5 stars
Membaca Titik Nol bagaikan sedang duduk bersama Agustinus Wibowo, dan didongengin tentang perjalanannya, perjuangannya, pengembaraannya sekaligus dicurhatin tentang Ibunda tercintanya yang sedang melawan maut. Ceritanya menghangatkan, memilukan, sekaligus mencengangkan. Tak henti-hentinya aku berdecak kagum dibuatnya oleh ketegaran dan keyakinannya untuk terus berjalan menggapai impiannya ke Afrika Selatan melalui jalan darat.
Titik Nol membuka misteri tentang negara-negara yang sebelumnya hanya pernah aku dengar namanya saja. Dari titik Nol aku belajar tentang geografi dan sejarah negara-negara yang pernah dilaluinya. Sekilas perjalanan Ming mirip dengan perjalanan Andrea Hirata menyususri negara-negara di Eropa dalam Edensor, namun dalam Titik Nol jauh lebih realistis dan mengena karena Titik Nol merupakan memoar kisah perjalanan, bukan sekedar novel yang banyak dibumbui cerita khayal.
Sebagai sesama perantau alias musafir, tulisan Ming dalam Titik Nol mampu mengobrak abrik emosi dan perasaan jiwaku tentang kerinduan dengan orang tua dan kampung halaman, tentang pencapaian, tentang negara dan tentang agama. Aku menitikkan air mata ketika membaca bab pertama dan bab terakhir buku ini. Kepulangannya ke Indonesia demi mamanya dan surat buat mama tercintanya benar-benar sangat mengaduk-aduk emosi. Meski tanpa kalimat ratapan namun cinta kasih Ming terhadap Mamanya sangat kuat dan menggugah emosi bagi siapapun yang membacanya.
Gaya bahasa yang dipakai Ming dalam Titik Nol sangat cerdas dan kritis namun ringan dan mudah untuk diikuti. Meski beberapa alur terkesan agak kurang runut, seperti pada kisah perjalanan yang lainnya, namun ini sama sekali tidak mengurangi kenikmatan dalam membacanya.
Buku ini bagaikan sebuah paket komplit kisah perjalanan. Rasa cinta pada Ibundanya, kekaguman pada Lam Li, perjuangan menghadapi penyakit Hepatistis, pesona eksotis ironis sekaligus memilukan dari penduduk lokal dan negara-negara yang pernah ia singgahi, cipratan motivasi, filosofi dan berbagai macam pemikiran Ming yang cerdas.
Buku yang wajib dimiliki oleh setiap orang yang menyukai kisah petualangan ataupun orang yang ingin menikmati sensasi kisah perjalanan dari negara Tibet, Nepal, India, Pakistan dan Afghanistan. Must recomended book pokoknya. Dan saya memberikan lima dari lima bintang alias nilai sempurna untuk Titik Nol. Selamat Kak Agustinus Wibowo, teruskanlah langkah perjalanmu, kembalilah melangkah dan membagikan cerita untuk kita semua.
View all my reviews
No comments:
Post a Comment