Awalnya aku sama sekali tidak
tertarik dengan tema perjalanan. Aku sempat bepikir kalau perjalanan itu hanya kegiatan
yang percuma dan tidak ada manfaatnya sama sekali. Perjalanan hanyalah sekedar
untuk mengisi hari libur dan menghabiskan duit. Bahkan dulu aku sempat memberi cap
“gila”orang yang berkelana atau backpakeran keliling dunia, apa yang mereka
cari, perjalanan tidak akan bisa membuat mereka menjadi kaya ataupun pintar.
Perjalanan itu benar-benar merupakan hal yang sungguh sangat tidak produktif,
pikirku kala itu.
Namun sebuah obrolan menarik tentang
perjalanan akhirnya mampu mengubah cara pandangku dan memutar persepsiku tentang
perjalanan, dari apatis menjadi simpatik. Bahkan sekarang ini saya tertarik
sekali dengan apapun yang bertema perjalanan. Buku perjalanan, talk show
perjalanan, aksesoris yang bertema perjalanan, kopi darat dengan para pejalan,
semuanya menjadi sangat menarik bagiku. Perjalanan itu ternyata menyenangkan. Seringkali
kita benci terhadap suatu hal yang tidak kita ketahui secara pasti.
Istora Senayan, 30 Juni 2012. Tepat
setahun yang lalu saya menghadiri sebuah acara pekan buku yang bertajuk Jakarta
Book fair 2012. Aku datang ke acara tersebut untuk berburu buku-buku diskonan.
Usai capek berkeliling Istora dan mengantongi beberapa buku, aku dan kedua
sahabaku duduk di depan panggung utama. Kebetulan saat itu di panggung utama
sedang ada acara bedah buku Travelove bersama para penulisnya yang notabene
adalah para petualang senior. Mereka adalah Trinity, Andrei Budiman, Lalu Abdul
Fatah, Ariyanto, Claudia Kaunang, Rini Raharjanti dan Salman Faridi.
Mereka asyik sekali bercerita
tentang petualangannya dan secara perlahan-lahan aku terhanyut masuk ke dalam
alam mereka. Aku terbuai mendengarkan dongeng mereka tentang negeri-negeri yang
mereka taklukkan. Tentang keindahan Paris, Italy, Jepang dan adapula yang
bercerita tentang eksotisnya pemandangan alam di negri kita sendiri yang belum
banyak terjamah seperti Lombok, Raja Ampat dan lainnya.
Karena buku ini berjudul Travelove
maka tentu saja obrolan mereka tidak jauh dari tema perjalanan dan cinta. Cerita
cinta yang mereka temukan dalam perjalanan sangat menarik dan berbeda-beda, ada
yang melakukan perjalanan untuk menemukan cinta, ada yang menemukan cinta dalam
perjalanan, ada yang melakukan perjalanan bersama sang pecinta dan ada pula
yang melakukan perjalanan untuk melupakan kisah cintanya.
Dua jam obrolan mereka mengalir
dengan sangat menarik. Tak jarang candaan dari mereka membuatku tertawa geli.
Aku terpukau dan tak henti-hentinya berdecak kagum. Ternyata sebegitu nikmatnya
menjadi seorang petualang, mereka bisa mengenal dunia dan menemukan hal-hal
baru yang belum tentu bisa kita temukan dalam keseharian kita. Diam-diam akupun
berdoa dalam hati, semoga suatu saat nanti aku bisa seperti mereka mengunjungi
tempat-tempat eksotis dan menemukan kisah perjalanku sendiri.
Usai obrolan tentang perjalanan
berakhir, tak sengaja aku berpapasan dengan seorang penulis sekaligus editor
yang sebelumnya telah aku kenal melalui kicauannya di Twitter. Aku sempat
meminta foto bareng dan berjabat tangan dengannya. Belakangan baru aku tahu
kalau Windy Ariestanty ternyata adalah seorang pecinta perjalanan dan menulis
sebuah buku perjalanan yang berjudul Life Traveler yang saat ini menjadi salah
satu buku favoritku.
Me and Windy Ariestanty dan Trinity
Akhirnya, berawal dari sebuah
obrolan buku, aku mendeklarasikan bahwa langkah pertamaku adalah perjalanan
yang membawaku dari rumah kos ke Istora Senayan. Mengunjungi ribuan jajaran
buku, bertemu para turis pecinta buku, mendengarkan pengalaman berpetualang
dari para penulis kisah petualangan dan akhirnya aku mampu meramu makna dari kisah
perjalannku sendiri. Perjalanan ini. Perjalanan tanpa lokasi eksotis, tanpa
deburan ombak di pantai, tanpa hembusan angin yang segar, tanpa pepohonan hijau
yang menjulang, di sini, di dalam gedung yang dipenuhi jutaan buku aku
menemukan makna perjalananku.
Kini sudah setahun berlalu, dan
memang belum ada satupun lokasi wisata yang aku kunjungi. Aku belum sempat merasakan berkelana
kemanapun. Jangankan untuk berwisata, bahkan hanya sekedar untuk mudik lebaran
saja aku tak mampu. Keterbatasan finansial menutup ruang gerakku. Namun anganku
untuk berkelana tak akan pernah memudar, satu-satunya pengobat rinduku pada
perjalanan hanya buku-buku perjalanan yang mampu membawa jiwaku pergi jauh,
meski ragaku tetap berada di tempat.
Sampai saat ini buku perjalanan yang
paling aku sukai adalah buku Life Traveler-nya Windy Ariestanty dan Titik
Nol-nya Agustinus Wibowo. Kedua buku perjalanan tersebut memuat esensi
perjalanan dan bertutur tentang perjalanan dengan cara yang berbeda. Windy
Ariestanty dalam Life Traveler-nya mengisahkan tentang potongan-potongan
perjalanannya diberbagai lokasi yang telah ia kunjungi. Berbeda dengan Windy,
Agustinus Wibowo dalam Titik Nol bercerita tentang perjalanannya untuk mencapai
Afrika Selatan dari Beijing melewati jalan darat. Selain itu perbedaan yang
paling mencolok antara kedua buku tersebut adalah Windy melakukan perjalanan
dengan segala fasilitas dan eksotisme lokasi wisata yang ia kunjungi, sedangkan
Agustinus Wibowo berjalan dengan seadanya dan lebih meneropong ke arah
kehidupan sosial penduduk di suatu daerah. Meskipun sangat berbeda, tapi mereka
berdua adalah penulis favoritku, kedua buku itu adalah teman seperjalanan
terbaikku.
Apa makna perjalanmu?
Perjalananku, adalah perjalanan
hati. Perjalanan yang menuntunku melangkah menuju kedewasaan diri. Perjalanan
yang memprioritaskan esensi daripada lokasi. Bukan seberapa jauh perjalananku,
bukan ukuran keeksotisan lokasi yang telah aku kunjungi, bukan seberapa banyak
lokasi yang sudah aku capai, tapi seberapa dalam lokasi yang sudah aku kunjungi
tersebut mampu memberiku inspirasi, merubah cara pandangku, membuatku
merasakan keindahan serta menerbitkan rasa syukur atas apa yang telah aku
miliki.
Perjalanan bukan tentang apa yang
mereka katakan, tapi tentang apa yang kita rasakan.
Merinding bacanya, serius. Kerasa banget keinginan yang kuat untuk traveling. Semoga suatu saat dapat terlaksana ya. Aamiin! :)
ReplyDeleteAmin... Terima kasih mas :)
Delete