It's ALL about EPPHY

......On My Way To Become Good Wife And Great Mother.......

Go!

"I have lived through much and I now I think I have found what is needed for happiness. A quiet, secluded life in the country with possibility of being useful to people" -Tolstoy

Monday, November 28, 2011

Surat untuk mantan kekasih terbaikku...

Selamat malam sayang, bagaimana kehidupanmu sekarang?
Masih seindah dulukah, seindah saat aku masih berada di sisimu, merangkai bunga2 indah dan merajut sutra cinta untukmu?
Ataukah, kini hidupmu semakin suram karena keegoisanmu telah merampas hari2 indah bersamaku???

*aku tersenyum simpul*

lihatlah sayang, lihatlah kemari, aku punya banyak sekali cerita yang ingin kubagi untukmu...

Tengoklah kemari sayang, sebentar, sebentar saja,,,

Setelah kepergianmu 11 maret 2011 yang lalu, sejak kau tega membiarkanku berjelaga dalam durja karena telah kehilanganmu,,,

Di sela2 tangis dan jeritan itu, aku menemukan banyak hal, aku menemukan sebuah titik ketegaran yang mampu menopangku untuk kembali bangkit kala itu. Secercah harapan tentang mimpi2 yang masih harus kuperjuangkan. Aku tau, aku tidak boleh menyerah. inilah titik balik hidupku sayang, dan aku akan mengenang masa itu untuk seumur hidupku, masa kebangkitanku dari keterpurukan yang amat sangat perih. Jika suatu hari nanti aku terjatuh lagi, akan kugenggam erat mimpi2ku dan aku pazti mampu bangkit kembali. pazti.

Dari sana aku menemukan siapa2 saja teman sejatiku. Mereka yang mau mendengarkan isak tangisku. Mereka yang mau menopangku dan memberikan semangat baru untukku. Yah, mereka adalah anugrah terindahku, mereka yang sempat terlupakan karena kerapnya aku buta oleh kehadiranmu. Aku terlalu silau dengan kilauanmu hingga melupakan mereka. Mae, thank you, sudah mau membukakan pintu rumah jika aku ingin kembali pulang. Young jae, thank you, untuk sudi mendengarkan keluh kesahku dan menularkan semangatmu agar aku bisa bangkit kembali. Zully, thank you, mau menjadi tempat pelarianku dan terima kasih banyak atas pundakmu di pagi itu saat aku basah oleh derai air mata kala mengingatnya. Ni2k, thank you, sudah mau mendengarkan isakanku tiap pagi. Pendi, thank you atas supportnya. Zaka, Har, Hendro, makasih atas pelipur lara yang kalian beri. Mbak Mar, Mbak Gina, Lastari, Iin, Rini, Mbak Dewi, makasih udah minjemin telinga untuk dengerin curhatanku. Andrea Hirata, thank you, buku2mu telah menyuntikkan spirit perjuangan yang menggetarkan.
Terima kasih ya Allah kau kirimkan padaku orang2 yang sayang dan perhatian sama aku, mereka itu adalah pahlawanku.

Satu demi satu pengalaman hidup pun bermunculan, jalan2 ke Jakarta, main ama Zully ke MM, Inul Vista, ke Ancol, ke Monas, ke Istana Merdeka. Truz main ama Rosyid ke Kalibata dan Matraman. Main ama Melly dan Tenny ke Kebun Raya Bogor dan BTM. Makan bareng Starfood crew di BNR. Ikut AFC ama THR & D2 di IPB. Dan masih banyak pengalaman seru lainnya yang gak mungkin aku sebutin satu-persatu. Dimana pengalaman2 seru itu gak kalah indah di banding kenangan2 manis yang pernah kita lalui bersama.

Dari sini, aku menemukan kembali kebahagiaanku. Aku kembali bisa menikmati buku2ku. Bercurhat2 ria dengan blog-ku. Mempunyai banyak waktu untuk memuaskan hasrat bertualangku. Mempunyai kesempatan untuk kembali mengejar mimpi2ku. Memperoleh kembali perasaan damaiku. Aku lega. Dan aku bahagia.

Taukah sayang, apa yang lebih indah dari semua ini???
Kamu gak tau kan,
Semua ini adalah kebahagian terindahku. Kebahagiaan yg gak mungkin aku temukan jika aku masih terus bergelayutan di pundakmu.

Sayang, coba berandai sejenak, jika aku masih bersamamu, aku pazti masih seperti dulu. Mandek. Kehilangan kreativitas dan jati diri. Masih berkubang dengan perasaan dan kenikmatan semu.

^_^
terima kasih ya sayang udah berkenan mampir di hidupku.
Sekarang pergilah....
Pergi sana... Hush hush...

****** ### ******


Ah, terima kasih ya Allah, sungguh indah skenario-Mu... Maafkan hamba yang sempat mempertanyakan kredibilitas-Mu sebagai Tuhan.
Ternyata di balik semua isak tangis dan erangan panjang itu terselip berjuta nikmat dan keindahan yang Kau persembahkan untukku.

Dari sini, aku yakin, masih banyak episode yang akan kualami. Baik ataupun buruk episode itu, harus aku jalani dengan prasangka yang baik pada Allah. Allah punya rencana yang indah bagi tiap makhluk-Nya.

Allah menguji tiap makhluk-Nya sesuai batas kemampuannya.

Innallaha khoirul makirin.

Friday, November 25, 2011

Ya sudahlah - bondan feat fade2black

Selalu saja ada yang berbeda tatkala mendengarkan lagu ini.
Sejak pertama dengerin...
Nuansa lain itu muncul,
membuncah,
menggetarkan layaknya cinta.
Karena lagu ini memang hadir di tengah2 semarak cinta yang pernah membara.
*di warnet... Dalam tiap ketikan kata di fb chat room
*di kamar, dalam setiap angka laporan boneless, di antara rasa lelah yang mengapit dan mata yang menyipit
*di atas motor, dalam hangat pelukannya dan senyum termanisnya yang terpantul dari kaca spion
*di tiap keheningan tiap keriuhan...
Ah, lagu ini abadi di telingaku...
Apapun yang terjadi ku kan selalu ada untukmu... Janganlah kau sesali coz everything's gonna be oke.

Tuesday, November 22, 2011

Sebuah hikmah yg di ambil dari tayangan Lain Dunia




Jam 12 malam, pas pulang kerja, tak sengaja saya menonton tayangan Lain Dunia di trans7 edisi 10 nov di Surabaya. Ada beberapa pelajaran menarik yg bisa saya ambil dari tayangan itu:


*Perjuangan nenek moyang kita dalam memperjuangkan kemerdekaan yg tidak main2. Mereka sungguh ikhlas mempersembahkan tiap titik darah mereka demi bangsa, demi anak cucu mereka.


*Ws mallaby ternyata meninggal karena di bom oleh anak buah mereka sendiri.


*Suroboyo artinya berani menghadapi bahaya.


*Lambang hiu adalah bangsa tartar atau monggolia. Lambang buaya adalah kerajaan majapahit yg di kira singosari.


*mereka ikut membantu kemerdekaan melalui perwujudan.


Bangsa yg besar adalah bangsa yg tidak lupa akan sejarahnya.

Sea GAMES 26 Jakarta





Whoah.
Berakhir sudah gegap gempita pesta olahraga seasia-tenggara, SeaGames ke 26 di Jakarta-Palembang.

Saya sangat antusias dg acara ini, secara Indonesia yg jd tuan rumahnya gitu lho.

Badminton dan sepak bola is the most entertaining game for me. Serru bgt. Meski taupik hidayat cuma dpt perungu dan timnas garuda cuma dpt perak kalah dr malaysia, but it doesnt matter. Wora popo. Hmmm Epphy tetep seneng!!! Indonesia menyabet juara umum tahun ini dg 170 emas, hebat kan?!


Meski sempet nyesek gara2 cap negara tetangga yg bilang kalo "It's the worst organized seagame ever in history" but, once more, wora popo. I'm still proud of Indonesia.

Thank you to all Indonesian athlete, you make us proud to be indonesian.

Saya lahir di Indonesia, saya tumbuh di Indonesia. Saya makan nasi dari padi yg tumbuh di tanah Indonesia. Saya minum dari air yg mengalir di Indonesia. Saya hidup di Indonesia. Saya cinta Indonesia. Dan saya bangga menjadi orang Indonesia.

Hidup Indonesia!!!

My Wish List


*Pengen ikut semua kegiatan organisasi pemuda yg positif, ikut seminar, bedah buku, dan backpackeran.


*pengen ke gedung transtv ngeliat proses syuting secara langsung, hehe penasaran. Truz ke gedung Metrotv liat Mario Teguh Golden Ways.

*pengen ke Istora Senayan nonton pertandingan Badminton, Taupik Hidayat. Truz ke Gelora Bung Karno nonton Timnas main bola.


==> whoah, banyak bgt keinginannya. Haha, harus siap2 mental, fisik dan kantong yg kuat nich. Semangat!!! Ayo Epphy bisa!

Monday, November 21, 2011

Inspirasi

Setiap inci perjalanan yg kulalui bersamamu adalah rangkaian inspirasi yg menganga disepanjang waktu, motivasi yg mengalir deras tanpa akhir.
Kau inspirasi, imaji terindah,dan getar tergetirku...

Tiga Hal Menggetarkan dari Steve Jobs


Kalau suka menonton film animasi seperti Toy Story, a Bugs Life, Finding Nemo, Monster Inc, dan The Incredible, kemungkinan besar Anda tahu Pixar — perusahaan animasi yang membidani film-film animasi tersebut. Kalau suka dengan dunia desain dan pengguna Mac, Anda pastikenal Steve Jobs, sang perintis Apple Macintosh, yang kini merajalela dengan iPod-nya.
Steve Jobs merupakan fenomena entrepenuer dunia, yang mengalami perjalanan bisnis dan hidup yang luar biasa. Ia mendirikan Apple Computer, namun kemudian ditendang dari kursiCEO oleh Dewan Direksi. Sungguh pahit rasanya jika kita melahirkan sesuatu kemudian kita dipisahkan darinya. Namun ia bangkit dan membalikkan situasi. Ia membangun NEXT, yang kemudian disusul dengan perusahaan lain yakni Pixar yang melahirkan film animasi komputer pertama di dunia. Ia akhirnya berhasilkembali ke Apple melalui melalui proses akuisisi Apple terhadap Next. Kini, di tangannya kembali, Apple menggegerkan dunia dengan inovasi iPod yang mengalahkan kepoluleran Walkman Sony.
Ketika lahir, ibunya memutuskan untuk menyerahkannya ke orang lain.Ia tak pernah lulus kuliah. Ia pun pernah divonis mati karena kanker pankreas. Namun ia bisa melewati semua itu dengan baik.
(update Kamis, 6 Oktober 2011: kemarin, 5 Oktober 2011, Steve Jobs, kelahiran 24 Februari 1955, akhirnya meninggal karena kanker)
Ketika diundang ke Universitas Stanford, Steve Jobs memberikan pidato yang sangat luar biasa mengenai tiga hal. Dengan bahasa yang indah, lembut, terstruktur, penuh dengan kedalaman filosofi namun mencuatkan semangat hidup, ia menginspirasi banyak mahasiswa disana.
Saya takut menterjemahkannya dalam bahasa Indonesia karena sangat berpotensi mengerdilkan suasana batin Steve Jobs saat menulisini.
Berikut ini saya kutipkan penuh pidatonya dua setengah tahun lalu.
Semoga bermanfaat.
Steve Jobs' Convocation Speech (Stanford)
This is the text of the Commencementaddress by Steve Jobs, CEO of Apple Computer and of Pixar Animation Studios, delivered on June 12, 2005.
I am honored to be with you today atyour commencement from one of the finest universities in the world. I never graduated from college. Truth be told, this is the closest I've ever gotten to a college graduation.
Today I want to tell you three stories from my life.
That's it. No big deal. Just three stories.
The first story is about connecting thedots.
I dropped out of Reed College after the first 6 months, but then stayed around as a drop-in for another 18 months or so before I really quit. So why did I drop out?
It started before I was born. My biological mother was a young, unwed college graduate student, and she decided to put me up for adoption. She felt very strongly that Ishould be adopted by college graduates, so everything was all set for me to be adopted at birth by a lawyer and his wife. Except that whenI popped out they decided at the last minute that they really wanted a girl. So my parents, who were on a waiting list, got a call in the middle of the night asking: "We have an unexpected baby boy; do you want him?" They said: "Of course." My biological mother later found out thatmy mother had never graduated fromcollege and that my father had never graduated from high school. She refused to sign the final adoption papers. She only relented a few months later when my parents promised that I would someday go tocollege.
And 17 years later I did go to college. But I naively chose a college that was almost as expensive as Stanford, and all of my working-class parents' savings were being spent on my college tuition. After six months, I couldn't see the value in it. I had noidea what I wanted to do with my lifeand no idea how college was going tohelp me figure it out. And here I was spending all of the money my parentshad saved their entire life. So I decided to drop out and trust that it would all work out OK. It was pretty scary at the time, but looking back it was one of the best decisions I ever made. The minute I dropped out I could stop taking the required classesthat didn't interest me, and begin dropping in on the ones that looked interesting.
It wasn't all romantic. I didn't have a dorm room, so I slept on the floor in friends' rooms, I returned coke bottles for the 5? deposits to buy food with, and I would walk the 7miles across town every Sunday nightto get one good meal a week at the Hare Krishna temple. I loved it. And much of what I stumbled into by following my curiosity and intuition turned out to be priceless later on. Let me give you one example:
Reed College at that time offered perhaps the best calligraphy instruction in the country. Throughout the campus every poster,every label on every drawer, was beautifully hand calligraphed. Because I had dropped out and didn't have to take the normal classes, I decided to take a calligraphyclass to learn how to do this. I learnedabout serif and san serif typefaces, about varying the amount of space between different letter combinations, about what makes great typography great. It was beautiful, historical, artistically subtle in a way that science can't capture, and I found it fascinating.
None of this had even a hope of any practical application in my life. But tenyears later, when we were designing the first Macintosh computer, it all came back to me. And we designed it all into the Mac. It was the first computer with beautiful typography. If I had never dropped in on that single course in college, the Mac would have never had multiple typefaces or proportionally spaced fonts. And since Windows just copied the Mac, its likely that no personal computer would have them. If I had never dropped out, I would have never dropped in on this calligraphy class, and personal computers might not have the wonderful typography that they do. Of course it was impossible to connect the dots looking forward when I was in college. But it was very, very clear looking backwards ten years later.
Again, you can't connect the dots looking forward; you can only connect them looking backwards. So you have to trust that the dots will somehow connect in your future. Youhave to trust in something – your gut, destiny, life, karma, whatever. This approach has never let me down,and it has made all the difference in my life.
My second story is about love and loss.
I was lucky ? I found what I loved to do early in life. Woz and I started Apple in my parents garage when I was 20. We worked hard, and in 10 years Apple had grown from just the two of us in a garage into a $2 billion company with over 4000 employees. We had just released our finest creation – the Macintosh – a year earlier, and I had just turned 30. And then I got fired. How can you get fired from a company you started? Well, as Apple grew we hired someone who I thought was very talented to run the company with me,and for the first year or so things went well. But then our visions of the future began to diverge and eventually we had a falling out. Whenwe did, our Board of Directors sided with him. So at 30 I was out. And verypublicly out. What had been the focusof my entire adult life was gone, and it was devastating.
I really didn't know what to do for a few months. I felt that I had let the previous generation of entrepreneursdown – that I had dropped the baton as it was being passed to me. I met with David Packard and Bob Noyce and tried to apologize for screwing up so badly. I was a very public failure, and I even thought about running away from the valley. But something slowly began to dawn on me ? I still loved what I did. The turn of events at Apple had not changed that one bit. I had been rejected, but Iwas still in love. And so I decided to start over.
I didn't see it then, but it turned out that getting fired from Apple was the best thing that could have ever happened to me. The heaviness of being successful was replaced by the lightness of being a beginner again, less sure about everything. It freed me to enter one of the most creative periods of my life.
During the next five years, I started a company named NeXT, another company named Pixar, and fell in lovewith an amazing woman who would become my wife. Pixar went on to create the worlds first computer animated feature film, Toy Story, and is now the most successful animation studio in the world. In a remarkable turn of events, Apple bought NeXT, I retuned to Apple, and the technologywe developed at NeXT is at the heart of Apple's current renaissance.
And Laurene and I have a wonderful family together.
I'm pretty sure none of this would have happened if I hadn't been fired from Apple. It was awful tasting medicine, but I guess the patient needed it. Sometimes life hits you in the head with a brick. Don't lose faith. I'm convinced that the only thing that kept me going was that I loved what I did. You've got to find what you love. And that is as true for your work as it is for your lovers. Your work is going to fill a large part of your life, and the only way to be truly satisfied is to do what you believe is great work. And the only way to do great work is to love what you do. If you haven't found it yet, keep looking. Don't settle. As with all matters of the heart, you'll knowwhen you find it. And, like any great relationship, it just gets better and better as the years roll on. So keep looking until you find it. Don't settle.
My third story is about death.
When I was 17, I read a quote that went something like: "If you live each day as if it was your last, someday you'll most certainly be right." It made an impression on me,and since then, for the past 33 years, Ihave looked in the mirror every morning and asked myself: "If todaywere the last day of my life, would I want to do what I am about to do today?" And whenever the answer has been "No" for too many days in a row, I know I need to change something.
Remembering that I'll be dead soonis the most important tool I've ever encountered to help me make the big choices in life. Because almost everything all external expectations, all pride, all fear of embarrassment or failure – these things just fall away in the face of death, leaving only what istruly important. Remembering that you are going to die is the best way I know to avoid the trap of thinking you have something to lose. You are already naked. There is no reason notto follow your heart.
About a year ago I was diagnosed with cancer. I had a scan at 7:30 in the morning, and it clearly showed a tumor on my pancreas. I didn't even know what a pancreas was. The doctors told me this was almost certainly a type of cancer that is incurable, and that I should expect to live no longer than three to six months. My doctor advised me to go home and get my affairs in order, which is doctor's code for prepare to die. It means to try to tell your kidseverything you thought you'd havethe next 10 years to tell them in just afew months. It means to make sure everything is buttoned up so that it will be as easy as possible for your family. It means to say your goodbyes.
I lived with that diagnosis all day. Later that evening I had a biopsy, where they stuck an endoscope downmy throat, through my stomach and into my intestines, put a needle into my pancreas and got a few cells from the tumor. I was sedated, but my wife, who was there, told me that when they viewed the cells under a microscope the doctors started cryingbecause it turned out to be a very rare form of pancreatic cancer that is curable with surgery. I had the surgery and I'm fine now.
This was the closest I've been to facing death, and I hope its the closest I get for a few more decades. Having lived through it, I can now saythis to you with a bit more certainty than when death was a useful but purely intellectual concept:
No one wants to die. Even people who want to go to heaven don't want to die to get there. And yet death is the destination we all share. No one has ever escaped it. And that is as it should be, because Death is very likely the single best invention ofLife. It is Life's change agent. It clears out the old to make way for the new. Right now the new is you, but someday not too long from now, you will gradually become the old andbe cleared away. Sorry to be so dramatic, but it is quite true.
Your time is limited, so don't waste it living someone else's life. Don't be trapped by dogma – which is livingwith the results of other people's thinking. Don't let the noise of other's opinions drown out your own inner voice. And most important,have the courage to follow your heart and intuition. They somehow already know what you truly want to become. Everything else is secondary.
When I was young, there was an amazing publication called The Whole Earth Catalog, which was one of the bibles of my generation. It was created by a fellow named Stewart Brand not far from here in Menlo Park, and he brought it to life with hispoetic touch. This was in the late 1960′s, before personal computers and desktop publishing, so it was all made with typewriters, scissors, and polaroid cameras. It was sort of like Google in paperback form, 35 years before Google came along: it was idealistic, and overflowing with neat tools and great notions.
Stewart and his team put out several issues of The Whole Earth Catalog, and then when it had run its course, they put out a final issue. It was the mid-1970s, and I was your age. On the back cover of their final issue was a photograph of an early morning country road, the kind you might find yourself hitchhiking on if you were soadventurous. Beneath it were the words: "Stay Hungry. Stay Foolish." It was their farewell message as they signed off. Stay Hungry. Stay Foolish. And I have always wished that for myself. And now, as you graduate to begin anew, I wish that for you.
Stay Hungry – Stay Foolish .
Thank you all very much.

PAUSE

Dalam hidup, ada kalanya kita harus berhenti sejenak, berpuas diri dan mensyukuri atas segala yg tlah dimiliki.
Dan kemudian, bergegas melanjutkan hidup untuk kembali melangkah maju dan meraih prestasi.

Indonesia vs Malaysia






The most entertaining soccer game ever. Sumpah. Keren bgt. Semangatnya, mainya, pemainya, supporternya, gila keren bgt!!!
Mesti pada akhirnya kita memang harus angkat topi pada Harimau malaya, who's care. Kita udah main cantik malam ini.
Standing applouse for Garuda Muda.

Dan yg lebih seru tuh nonton bareng di mes, sumpah keren abis, bersemangat bgt, kya kya, ayo, goll, masuk, teruz, maju, ahhh, uhhh, hahaha asyeek bener dah.
I'll be missing this moment.

Baddrol no 10 kuning remind me of Fendy hahahaha

Sunday, November 20, 2011

Kamar impian


Pengen punya kamar yg berdinding hijau twitter, di hiasi poto2, koleksi buku, dan ada laptopnya.
Hmmmm....Nice....

Temukan minatmu sejak dini

Temukan minatmu sejak dini

*kuliah s1 ilmu dan teknologi pangan
*pengajar
*pengusaha
*penulis

Ngomongin tentang Kerjaan

Kalo di pikir2 apa sih yang kita cari dengan kerja yang seperti ini, bergadang tiap malam dan mengabaikan kesehatan???

Tapi ah, semua ini tergantung pada masing2 pribadi, aku sih nyantai aja, aku menamakan ini sebagai sebuah komitmen. Komitmen untuk menjalani profesi yang kita pilih.

Selama aku dapat gaji, selama bisa keluyuran, punya banyak waktu luang untuk bersantai, do anything that I want, tanpa perlu pusing mikirin boz with fake smile, hmmm everything is oke. It's doesnt matter.

Aku sih memang pengen kerjaan yang kayak gini, yang waktunya fleksibel, jadi aku masih punya banyak waktu untuk melakukan hal-hal lain yang lebih menyenangkan. Aku suka keluyuran, berkeliling, jalan2, baca buku, nonton dan melakukan banyak hal positif lainnya. Jadi waktu yang fleksibel is a must for my job. Makanya, abis resign dari sini epi pengennya tuh jadi pengusaha. Hahaha. Jadi bos gitu maksudnya jadi masih punya banyak waktu luang buat keluyuran, selain itu epi juga pengen jadi pengajar, seru aja bisa berbagi ilmu ama orang lain, dan gak terlalu menyita waktu.

Hmmm, ya Allah, kabulkanlah permintaanku ini....
Being success entrepeneur and theacher.
Amin....

Friday, November 18, 2011

Long Life Education

Saya tau, tulisan saya masih sangat jauh dari sempurna. Saya masih harus banyak belajar. Tapi, bukankah belajar itu memang inti dari kehidupan.
Jadi, seberapapun hebatnya saya nanti, selama saya masih hidup, saya harus tetap belajar.

Akhiri saja

Sudahlah, tak usah kau cairkan lagi rasa-rasa itu, di masa-masa itu, yang penuh luka-luka itu, yang bersimbah rindu-rindu itu.
Biarkan semua membeku di pojokan situ.
Biarkan saja.
Biarkan kenangan itu membeku atau bahkan membatu, atau bakar saja, biarkan ia menjadi abu.

*semua ini sudah terlalu berlarut-larut sayang, terlalu lama, dan semakin lama akan semakin tak jelas, semakin abstrak, semakin runyam...
*sudahlah, akhiri saja, ikhlaskan semua rasa, kenangan dan kenikmatan yg pernah ada. Jodoh itu tak kan kemana2.

Semerbak harumnya buku baru...
Hmmm aku suka...
Hari ini buku Life Traveler karya Windy Ariestanty sampai di tanganku.
Siap2 backpackeran...
Ayok!

Tuesday, November 15, 2011

Sang Penari, from Ronggeng Dukuh Paruk novel




Melihat sang penari aq jd bersyukur di lahirkan di zaman sekarang ini,
aq bisa menikmati secangkir coffee latte, burger, martabak keju, bisa jalan2 ke mall, nonton bioskop, baca buku, bisa memperoleh pendidikan yg layak, mengenal internet, bisa ngeblog,
alhamdulillah ya Allah...
Aku bersyukur,
kebayang nenekku yg dulu pernah ngerasain sulitnya masa2 penjajahan. Gak mengenal baca tulis, makanannya gaplek, kerjanya maton nek sawah, ckckck

*back to the movie. It's great movie. Gambarnya ngena bgt. Kerasa tempo doeloe-nya. Aktingnya ngena abiez. Ceritanya jg tragis pol. Tp agak keganggu sama adegan Prisia Nasution, paz tubuhnya di umbar kemana2, ngilu ngelihatnya. Adegan paz Prisia sama Oka Antara di pancuran itu hmmmm *......* , medoknya Prisia yg org Batak ama Oka yg org Bali paz bgt, ngapak, jd inget Mur ama Pak Toha.
Aq sempet mewek di tengah2 cerita, tp lupa paz scene apa.

But over all keren deh.
Gak nyesel jauh2 dr Bogor ke Arion.

Terima kasih ya Allah untuk indahnya hari ini.

*Arion, Toko Buku Gunung Agung, Sang Penari, KFC*

Sunday, November 13, 2011

Lebih baik tdk mendapatkan perhatian sama sekali daripada mendapatkan perhatian yg membuat tidak nyaman.
Bagiku kenyamanan dan kebebasan adalah segala-galanya.
Tolong jaga jarak dan hargai privasiku!

Mauidhotun Nisa'


Cantik, baik hati, pinter, berprestasi, qoriah handal, staf pengajar sekolahan di Jakarta, anaknya bu nyai, pernah berjabat tangan dengan presiden Sby dalam suatu acara kehormatan, dekat dengan para pengurus masjid Istiqlal, dan sekarang kuliah S2 di UI.
Ckckckckckck
Hebatnya....
Dialah alumnus Mazroatul Ulum yg paling saya kagumi.

Saturday, November 12, 2011

Now playing : Rindu by Agnes Monica


Menikmati lagu Rindu by Agnes Monica di pojokan KFC Arion Rawamangun, sambil termenung menikmati rintik hujan dari balik jendela bersama beff burger adalah suatu kenikmatan terindah.

Friday, November 11, 2011

Dalam doa

Ya Allah, berilah epi kekuatan, berilah epi kesabaran, berilah epi keikhlasan ketika Kau cabut satu persatu kenikmatan dari hidup epi. Dan gantilah kenikmatan yg Kau cabut itu dg kenikmatan lain yg Kau ridhoi. Amin ya Robbal alamin...

Epi haruz kuat, epi haruz sehat, epi gk boleh nangis.
Epi haruz sabar...

Wednesday, November 9, 2011

Setiap orang punya masa lalu, setiap orang punya sejarah.
Dan tidak ada satupun manusia yg mampu membunuh sejarahnya sendiri.
Yg lalu biarkan berlalu, anggap sebagai ajang pendewasaan diri.
Lain kali jangan sampai salah melangkah. Jangan sampai salah pilih langkah.
Teruz maju, berkarya, dan lanjutkan perjalanan...

Kerendahan hati by Taufik Ismail


Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
Yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
Yang tumbuh di tepi danau

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
Memperkuat tanggul pinggiran jalan

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air

Tidaklah semua menjadi kapten
Tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
Rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu….
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri.

Tuesday, November 8, 2011

Sinopsis 3 senja by Dzikry El Hans

Senja datang diam-diam pada 16 Juli 2011, tak siapa pun hirau kepadanya. Tetapi, kau menyambangiku melalui pesan singkatmu, memahkotai senjaku dengan sebuah pernyataan bahwa kau akan mencintaiku sebagaimana aku mencintaimu. Sontak, Abepura dihujani pelangi, bercak pinang sirih menjijikkan di sudut-sudut kota tiba-tiba rapi, bahkan selokan anyir di sepanjang Jl. Kota Raja menjelma Sungai Gangga. Dan perasaanku menjadi teguh sekaligus luruh, mengingat betapa jauhnya engkau dari jarakku.

Sejak senja itu, aku mulai menenun esokku sepanjang yang aku mampu. Aku berniat mengabarkan kepadamu segala yang kulakukan di tempat jauh. Sebab, engkau adalah kanvas baru hidupku yang dapat kutorehkan apa saja di permukaan hatimu. Sejak senja itu, aku merasa selalu punya alasan untuk mengirimimu pesan singkat, sebab engkau adalah milikku.

Aku mulai berkemas pergi ke padang rumput maya untuk menggelar perayaan kita di sana, perayaan yang sudah kuimpikan sejak lama. Semua lampu kutata, tenda-tenda dan ornamen-ornamen cinta kurangkai sendiri dengan hatiku.Jamuan dan anggur juga kusiapkan di meja-meja pualam berukir tifa dan burung surga. Kuperkirakan, akan banyak tamu bermuhasabah untuk cinta kita.

Hingga Abepura dirundung malam yang dalam, perayaan kita tak pernah usai. Selalu ada jamuan, anggur, tenda-tenda, ornamen-ornamen, dan lampu-lampu.Aku memang menggelar perayaan itu selamanya, setiap waktu, sebagai ruang pertemuan para Pecinta.

Biasanya, malam begini aku menantikan pesan singkatmu seperti menunggu malaikat bersayap seribu menerbangkanku mengitari keajaiban waktu. Kadang, kau mendatangiku, tetapi lebih sering aku hanya menunggu hingga venus usai menakar terang di ujung subuh.

Malam itu pesan singkatmu hadir begitu saja, membawa pinangan aksara-aksara cinta dan mencumbui pikiranku dengan hawa moksa.

“Apa kau bersungguh-sungguh dengan cintamu?” tanyamu meragu.

“Tentu saja,” jawabku.

“Tapi aku tak merasakan cintamu.”

Aku sebenarnya tidak terlalu paham, kenapa kau tak bisa merasakan cintaku. Tapi aku selalu punya kalimat untukmu.

“Jika kau tak merasakannya, mungkin kau yang tak mencintaiku.”

“Bukan begitu.”

“Lantas?”

“Aku mencintaimu seperti cinta rembulan dipingit malam,” jawabmu meyakinkan.

“Hatiku berdesir. Aku ingin menjadi Putri yang kau selamatkan pada pertempuran puncak di dataran Mongolia, lalu kita pergi mengembara berdua saja,” inginku.

“Aku bersedia, asalkan kau mau menjadi kekasihku.”

“Tentu saja. Aku sudah menjadi kekasihmu sejak berabad-abad lalu,” ungkapku tak ragu.

Lama kutunggu balasanmu, namun hingga tangin segelas kopiku, tak ada cahaya apa pun yang mampir di ponselku. Pesan singkat malam pertama berhenti di sini, dan aku tertidur tanpa mimpi.

***

Senja kedua aku bersamamu, matahari dalam pandanganku terlihat jauh lebih cantik dari hari sebelum-sebelumnya, sepanjang hidupku. Aku beradu senyum dengan lembayung, manakah yang lebih tegas semburatnya? Jika matahari menyemesta, maka senyumku menerangi hati para Pecinta. Aktivitasku hari itu tak meninggalkan penat sama sekali, karena aku dipenuhi ingatan bahwa kau adalah kekasih yang akan merajut selimut malamku dengan dawai kecapi. Selimutku penuh nyanyian yang melelapkan aku dengan puji-pujian, mengirimiku udara beraroma bunga-bunga dari Pegunungan Nepal, dan aku menamaimu dengan nama terindah yang pernah kupilih.

Aku percaya bahwa namamu mampu menghiasi ‘Arsy, persemayaman Tuhan di langit ketujuh seusai Dzat-Nya menciptakan dunia. Tidakkah namamu terlalu tinggi untuk kugapai? Aku tak berpikir sejauh itu, sebab cintaku tentu akan memujamu, meninggikanmu, menempatkanmu pada hatiku. Tak salah jika aku menaruhmu di persemayaman Tuhan, sebab hatiku adalah resonansi Cinta yang Ia jelmakan.

Pada senja kedua itu, pesan singkatmu menyambangiku lagi, yang kukira serupa buket bunga berisi peony merah, daffodil, dan mawar Skotlandia yang elok. Buket maya memesona itu mungkin saja kau usung dari lembah-lembah hatimu yang penuh daftar keindahan jagad raya, dan kau memilihkan untukku sebuah keindahan musim semi dari semenanjung dekat Kutub Utara.

Aku menikmatinya dengan seluruh bahagia yang pernah kumiliki. Namun, aku tiba-tiba meragu meskipun kau mengirimiku sebuah janji bahwa jiwa ragamu dapat kurengkuh, kumiliki pada saatnya nanti. Aku pun memaklumi keraguanmu kemarin, sebab aku merasakannya hari ini.

Hingga semesta berjelaga, dialog kita masih semburat di ruang maya.

“Siapa aku bagimu?” tanyaku.

“Kau aksara, warna, dan susunan nada dalam satu harmoni,” jawabmu puitik.

“Apa kau kira kalimat-kalimat cinta dapat dipersembahkan seseorang kepada orang lain yang tidak dicintainya?”

“Tidak mungkin!” sangkalmu tegas. “Ungkapan cinta hanya dapat dituturkan oleh Pecinta.”

“Jadi, kau benar-benar mencintaiku?” Sekali lagi aku memastikan perasaanmu.

“Ya, aku mencintaimu, Permaisuriku.”

“Lima tahun yang akan datang, apakah kau masih menyimpan cinta ini?”

“Kuharap masih. Cintaku padamu adalah misi bagiku,” demikian jawabmu sungguh.

“Baiklah, aku percaya, Pangeran.”

“Terima kasih.Sekarang istirahatlah.”

“Dekap aku, dengan cara yang kamu bisa.” Seperti itulah ucapanku lindap pada gemintang, perasaanku bersayap menerobos lengang.

“Aku akan menjadi malam yang memelukmu.”

Aku lantas menuju mimpiku, mimpi pertama tentangmu.

***

Senja ketiga, kukira jauh lebih indah. Aku tak punya alasan apa pun untuk tidak memercayaimu, dan aku tak pernah berpikir bahwa hal-hal kecil akan menjadi asap dunia maya kita. Aku menganggapmu memiliki hati, pikiran, dan perasaan yang menyamaiku. Aku mengira kau akan berpikir seperti caraku berpikir.

Apakah mungkin itu terlalu cepat? Meskipun aku sudah lama mengenalmu, tetapi ranah cinta kira baru diretas selama tiga senja. Dan sebenarnya, apa bedanya jalinan kita dahulu dengan padang cinta kita yang baru memula? Aku percaya kau mencintaiku. Lalu apa lagi? Cinta adalah ruang, tempat sepasang kekasih saling bercermin diri. Jika aku timpang, kau yang membenahi. Jika kau tabu, aku yang mendandani. Demikian seharusnya menurutku.

Hingga malam meringkas dingin, aku masih berpikir bahwa keindahan kita tak pernah usai. Kepercayaanku kepada cintamu menyamudera, bersama baris-baris kalimat yang kau kirim untukku. Sebenarnya itu bukan kalimatmu, tetapi kau meminjam ungkapan Pramudya Ananta Tour yang katamu mewakili perasaanmu.

“Kau tahu, kenapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis.Suaramu takkan padam dimakan angin.Akan abadi sampai jauh.Jauh di kemudian hari.”

Aku tak mengerti kenapa cintamu membuatku menggigil. Mungkinkah kadarnya terlalu berat dan besar sehingga hatiku terlalu kecil untuk menerimanya? Tapi, kurasa tidak. Sejak momentum ledakan cinta kita, aku membiarkan hatiku mengembang.

Pada gemetar itu aku bertanya. “Apa yang sedang kau pikirkan?”

“Menjemputnya,” jawabmu singkat.

“Lantas?”

“Menari kembali bersamanya.”

“Nya merujuk kepada siapa?” tanyaku pilu. Hatiku susut. Lautanku surut. Namun, aku masih gemetar. Kurasa, sebab aku mulai kehilangan sebagian dirimu.

“Seseorang yang pernah singgah di hatiku. Tapi, sekarang sudah tiada.”

“Maaf, aku baru mengetahuinya. Aku turut berbela sungkawa. Tentunya dia sangat istimewa sehingga kau begitu mengenangnya.”

Perasaanku sengkarut. Tetapi, aku merasa bisa mengendalikannya.

“Sudahlah, aku tak perlu berlarut-larut dalam kenangannya,” terangmu, sedikit menenangkan.

Aku berpikir, apa yang harus kutuliskan untukmu? Tiba-tiba tercetus lagi sebuah tanya.

“Maaf, ungkapanmu tadi sebenarnya untuk siapa? Aku atau dia?”

Pertanyaan yang naif sebenarnya. Tapi, dalam situasi itu aku sungguh tak punya kalimat yang benar-benar mapan.

“Entahlah,” jawabmu.“Kalian punya kemiripan karakter.”

Mungkin sebaiknya aku tak melanjutkan perbincangan itu. Aku bisa saja mengalihkan topik kita. Tetapi, entah kenapa aku tak melakukannya. Aku ingin menakar seberapa kamu bisa memahamiku. Namun, itu justru membuat segalanya runtuh.

“Jadi, kau menemukan dia di dalam aku?” tanyaku tak peduli. “Tetapi aku bukan dia. Dan ungkapan Pramudya itu tak dapat kau tujukan kepada dua orang.”

Apakah aku terlihat marah dengan kalimat itu? Tidak. Aku sama sekali tidak marah. Kau berhak punya kenangan seperti aku juga punya kenangan. Aku hanya belajar berdialog denganmu dari banyak sisi. Aku pernah katakan bahwa aku mencintai sesuatu yang substantif di dalam dirimu, aku mencintai hatimu. Jika kau melihat karakterku untuk kau cintai, bukankah model cinta kita sebenarnya sama? Saat itu aku berharap kau memberiku sedikit pengertian, setidaknya kau mengungkapkan pendapatmu. Tapi, tidak seperti itu yang terjadi.

“Sudahlah, lupakan semua pikiran negatifmu tentang aku,” katamu.

Sebenarnya, aku tak pernah berpikir negatif tentang kamu. Aku pun menjawab dengan kalimat terbaik menurutku.

“Ya, aku sudah melupakan semuanya. Begini saja, jika kita sedang membangun dunia maya kita, biarlah kita berdua saja di dalamnya. Nafikan lainnya.”

Kukira ideku tidak muluk-muluk. Sebab, hanya dua belas digit angka nomor ponselmu yang aku punya sebagai representasi kehadiranmu. Jadi, aku ingin kau hadir memang untukku melalui pesan-pesan singkat itu. Sungguh, aku tak pernah jatuh cinta seperti ini sebelumnya. Cintaku dulu-dulu bersifat memaksa dan cenderung menguasai. Tetapi, cintaku kepadamu adalah menjaga, memberi ruang, dan memahami. Aku mengira, ini adalah cinta paling tulus yang pernah kumiliki. Tetapi, entah aku yang terlalu perasa atau kamu yang setengah hati. Dengan ide sederhana tentang dunia maya kita, kau ternyata begitu marah.

“Kau sudah termakan hasutan orang tentang aku, bahwa perempuanku bertebaran di mana-mana. Aku paling tidak suka dengan itu. Cukup.”

Itu kalimat terakhirmu. Kurasa penuh kekesalan. Aku masih mengirimkan pesan untukmu sebagai balasan.

“Cinta itu memahami. Kau boleh marah kepadaku kapan pun kau ingin marah, seperti aku mengizinkanmu mencintaiku kapan pun kau ingin mengungkapkannya.”

Namun, kau bergeming. Hingga tuntas malam itu dan senja-senja berikutnya, tak satu pun pesan singkatmu menyapaku. Mungkinkah, berakhir sudah perayaan padang rumput maya kita? Berakhir hanya dengan satu kata ‘cukup’ yang tidak kutahu dengan benar apa maknanya. Tak kusangka, hari terindahku hanya berlangsung tiga senja. Tapi, aku masih menyimpan cintaku untukmu sampai dalam. Dalam sekali di tengah hati. Aku masih menunggu hari, ketika engkau menyuntingku lagi dengan aksara-aksara cinta yang lebih jernih. []



Abepura, Juli 2011

Sunday, November 6, 2011

Indonesia mengajar



Berhenti mengecam kegelapan.
Nyalakan lilin.

Ini negeri besar dan akan lebih besar. Sekedar mengeluh dan mengecam kegelapan tidak akan mengubah apapun. Nyalakan lilin, lakukan sesuatu.

Sejak pertama mengetahui keberadaan yayasan ini, saya sangat terobsesi untuk menjadi bagian dari para pengajar muda. Mengajar siswa SD di pelosok desa, di pedalaman wilayah negara Indonesia. Wuih...pazti keren banget. Kebayang seberapa banyak pengalaman, ilmu dan nilai tentang kehidupan yang akan kuperoleh dari sana. Namun, persyaratannya mewajibkan untuk lulus S1 dan maximal 25 tahun, hmmm it's imposible for me.
Yah, meski tidak ikut terjun langsung sebagai pengajar muda, tapi doaku akan terus mengiringi langkah yayasan kemanusiaan ini. Keep fighting bro! Sebarkan ilmu buat adik2 kita di seluruh penjuru Indonesia.

*ah, jd kangen ama murid2ku.
Yanti, Ardi, vian, Ryan, Rizal, Tommy, dll
kalian pazti sudah pada beranjak dewasa...
Masih ingatkah kalian denganku???

Nachos



Adalah salah satu nama kudapan khas mexico. Keripik jagung dengan taburan keju dan saus tomat.
Hmmm yummy....
Pengen nyobain....

Adalah salah satu judul cerpen di bukunya Djenar Maesa Ayu, Kumpulan Cerita Pendek Tentang Cerita Cinta Pendek. Aku suka tulisan Mbak Djenar, sastranya nyeni banget, meski agak sedikit risih dengan pilihan ide cerita nyeleneh yang di usung.
Dari beberapa judul, cerita Nachos-lah yang paling nyantol di otakku. Membaca cerita ini pikiranku langsung terbang ke Banjarnegara Jawa tengah menemui Muji. Yes, it's really really remind me of him. Dan satu kalimat yang paling gue banget, "Aku gak bisa menukar kenikmatan dengan kehidupan" hmmm cukup bijaksana.

Saturday, November 5, 2011

Ada cerita yg tersisip di sela2 awan mendung kota citeureup.
Cerita2 itu mengkristal...
Luruh bersama rintik hujan yg membasuh pepohonan dan genteng2 rumah.
menghadirkan dingin yg merasuk, menyusup, mengisyaratkan kerinduan di balik cerita itu.

Dari sini, dari tepian sungai Branta ini, aq membagi hawa dingin ini untukmu, kawan...
Semoga kau mengerti akan arti kesejukan ini.

Citeureup, desa dg sejuta keindahan panorama