It's ALL about EPPHY

......On My Way To Become Good Wife And Great Mother.......

Go!

"I have lived through much and I now I think I have found what is needed for happiness. A quiet, secluded life in the country with possibility of being useful to people" -Tolstoy

Sunday, June 30, 2013

RECTOVERSO : Cinta yang Tak Terucap

Kadar seseorang dalam menilai sebuah film memang berbeda-beda, tergantung seberapa erat hati kita dengan tema film yang kita tonton dan seberapa pengalaman hidup kita menyambung dalam kisah-kisah dan scene-scene yang ada di film tersebut.

Terbukti ketika saya bercerita bahwa saya terbuai dan beberapa kali menangis histeris ketika menonton film Rectoverso, beberapa temanku malah bilang film ini biasa saja, gak ada yang menarik. Hal ini tentu saja membuatku geleng-geleng kepala sendiri. Ternyata mereka tidak menikmati film itu sebagaimana saya menikmatinya dan ikut terhanyut dalam setiap scene, dialog cerdas serta score dan soundtrack yang disuguhkan. Sungguh sangat disayangkan, tapi saya tentu saja tidak bisa memaksakan kenikmatan itu pada mereka.

Rectoverso, sebuah omnibus yang diangkat dari novel Dee dengan judul yang sama yang di kisahkan secara bersamaan, alias potongan-potongan kisahnya digabungkan dengan ritme yang hampir sama. Saya lebih suka gaya bercerita seperti ini daripada cerita yang sekaligus dan terkesan seperti kisah yang pendek-pendek. Kisah seperti ini lebih menyenangkan karena klimaksnya terjadi bersamaan, namun kekurangannya, cerita seperti ini akan memunculkan tokoh terlalu banyak secara bersamaan. Jadi mungkin sebagian penoton  akan sulit menghafal satu persatu tokoh-tokohnya.

Salut buat para sutradaranya, mereka adalah Marcella Zalianty (Malaikat Juga Tahu), Olga Lydia (Curhat Buat Sahabat), Rachel Maryam (Firasat), Happy Salma (Hanya Isyarat), dan Cathy Sharon (Cicak di Dinding). Diantara kelima film tersebut yang paling ngena adalah Malaikat Juga Tahu, di sini akting Lukman sardi patut diacungi jempol, keren banget, emosinya dapet dan natural banget. Dan scene yang paling ngena pas Lukman Sardi ngetuk pintu kamar Prisia dan ternyata Prisia sudah tidak ada lagi di sana, it’s so hurt, dan aku benar-benar bisa ngerasain emosinya, di tambah lagi scene pas Asmirandah melepaskan kekasihnya yang mau pergi ke Padang, nyesek abis dah. Dan aku gak bisa nahan air mata ngelihatnya.

Good job everyone, thank you for making this beauty movie. Film ini recomended banget deh buat yang pernah ngerasa patah hati dan ingin merasakannya kembali. Dan sekedar saran, film ini lebih ngena kalo ditonton sendirian di kamar biar lebih leluasa nangisnya, hehehe







No comments:

Post a Comment